Keinginan La bisa bermain gitar selama bertahun-tahun belum terwujud, mencoba belajar sendiri hingga putus asa berkali-kali. "Ah!" Ucap La dengan mendongakkan kepalanya, air matanya berhasil terbendung di pelupuk mata tanpa terjatuh, sambil menaruh gitar dengan sedikit keras diatas tempat tidurnya.
Suasana menjadi kelam, berulang kembali. Sikulusnya masih sama, niat- semangat - mencoba - tidak bisa - menangis, itu-itu saja.
La memang mudah sekali akrab dengan orang baru, tapi disisi lain tentulah La sangat sering sekali tidak percaya diri, minder-insecure. Itu sebab mengapa La sampai kini tidak juga mendaftarkan dirinya ke salah satu sekolah musik untuk mewujudkan keinginannya agar bisa bermain alat musik itu.
La pasrah atau bisa disebut menyerah, ia bahkan tidak peduli dengan keberadaan gitar yang dibeli dari kumpulan uang sakunya berada dimana, teman-temannya, teman adik-adiknya, bahkan sampai ke teman dari teman-temannya, meminjam berhari-hari, minggu, sampai berbulan-bulan tidak masalah. Padahal La tipikal orang yang sangat menjaga barang. La tidak peduli lagi, meski setitik harapan itu masih ada.
***
Baru beberapa hari sudah Trending Topic, lagu belasan tahun lalu kembali di aransemen oleh penyanyinya, dan liriknya juga diubah dalam terjemahan salah satu negara di Asia Timur, dengan bahasa negeri matahari terbit tersebut, lagu lama itu berhasil mencetak popularitas di dua negara, tentu juga menyusul ke berbagai negara lainnya.
La seperti biasa mencari tagar dengan judul lagu yang dimaksud pada aplikasi yang bernama instagram, belum banyak tapi sudah beberapa yang meng-cover lagu itu, klik pertama memunculkan video asli yang di repost ulang oleh fans penyanyinya di akun pribadi, dan klik yang kedua jatuh pada salah satu cover yang dibuat entah dengan kecepatan apa sudah ribuan view yang menonton. Mengesankan buat La, orang itu meng-covernya sambil bermain gitar. Setelah melihatnya berkali-kali, La mengarahkan langsung pada profil orang tersebut, melihat-lihat. La men-scroll hingga postingan paling bawah, makin ke bawah semakin mengagumi, sosok yang dilihatnya bisa memainkan berbagai alat musik selain gitar, juga bass, drum , keyboard, dan recorder.
Kali ini La tidak berpikir panjang untuk memulai menyapa, dunia maya membuat perkenalan lebih mudah, lewat direct message La memulainya dengan kalimat tanya. "Hi! Gak ada niatan buka private class akustik gitu? (Emot)." Dan beruntungnya pesan itu direspon baik.
La berulah, lagi-lagi dia bermain dengan keahliannya mencari tahu sosok yang baru saja ia hubungi. Tidak semudah biasanya, Kania panggilannya, sangatlah tertutup, tentu hal ini menjadi hal menyulitkan, meski dengan begitu informasi yang La inginkan diketahui juga tanpa bertanya langsung.
Percakapan La dengan Kania berujung pada seberapa tertariknya pada gitar, keseriusan, "Yakin mau belajar gitar? nanti tangannya sakit loh, bisa lecet-lecet - berdarah", dan tempat tinggal. Tidak terlalu banyak, terlebih Kania tipikal orang yang membalas pesan sekenanya saja, dia sibuk sekali.
Dalam percakapan itu, banyak sekali semangat yang dilontarkan oleh Kania kepada La, Kania juga memberikan sebuah harapan jikalau dihari minggu ada waktu kosong, berkenan mengajarkan. Senin-sabtu Kania bekerja, dan hari minggu biasa diisi dengan latihan atau ada panggilan bandnya.
La membesarkan harapan itu, setiap hari. Senang bukan kepayang dijanjikan akan diajarkan bermain gitar, seolah impiannya sudah benar-benar didepan mata.
Apakah harapan itu terjadi?
La tidak bisa mengharapkan begitu lama kepada Kania, La benar-benar tahu kesibukkan Kania. Dengan modal kepercayaan diri bisa melakukannya, La memulainya dengan membuka kembali buku "Teknik Cepat Jago Main Gitar" yang sudah sejak lama La miliki, berulang kali memahami titik-titik yang berada pada garis-garis kord, mencoba mempraktikkannya langsung dengan mengambil gitar, meyatukan pemahamannya dengan jari-jari yang kadang dia rasa sepertinya bukan begini, sesekali mencari video apakah yang dipahami sudah benar lewat akun youtube. Semudah itu? tidak, La berkali-kali menangis karena memang tidak pernah mudah, menangis karena memang sesakit itu bersentuhan dengan senar-senar - butuh waktu lama agar jemari kebal dengan itu. Menghapal kord dasar, memperlancar pindah kord tanpa melihat yang sering kali miss, dilalui berhari-hari - hingga bulan, dengan kepercayaan diri, La menghubungi Kania - mengirimkan video memainkan sebuah lagu, agar Kania bisa mengoreksinya.
"Ini senarnya kurang pas, jadi pas digenjreng nadanya kurang. Nanti stel lagi ya, untuk pindah antara satu kunci ke kunci lain gpp masih satu-satu, sering-sering latihan aja biar terbiasa nanti juga lama-lama bisa. Itu aja, semangat yaa..."
La pikir itu akan jadi awal mula yang baik, video itu justru jadi satu-satunya yang La kirim ke Kania, belajar gitar yang dijanjikan berakhir disini.
***
La melanjutkan latihan sendiri.